Aku, Misteri dan Pembalasan #1

#1 Semuanya Dimulai


Tak! Tak! Tak!

Terdengar suara pukulan batang rotan yang dihantam ke papan tulis.

"Sudah berapa kali Ibu bilang, jangan makan di kelas!" bentak Bu Prin pada salah satu murid di dalam kelas.

Sudah menjadi hal biasa Bu Prin teriak-teriak di dalam kelas. Ya itu juga karena kelakuan teman-teman kelasku.
Semua temanku memang agak jahil ketika Bu Prin ada jam mengajar di kelasku. Dari sifat Bu Prin yang memang agak mengesalkan sampai hukuman yang diterima murid yang dilihatnya nakal. Teman-temanku belum menyadari tentang semua ini sehingga kelakuan mereka tetap saja begitu.

Aku, Misteri dan Pembalasan


Oh ya, Aku hampir lupa.
Namaku Dika Prasetyo. Tahun ini, Aku menjadi senior di sekolah ini. Setelah menjadi senior, rasanya semua yang telah ku lewati di sekolah ini menjadi sesuatu yang begitu aneh.
Dari teman-temanku yang menjadi pendiam, pemurung, selalu gelisah, bahkan sampai keluar dari sekolah ini. Ada beberapa temanku yang mengalami hal itu.
Kau tau?
Tadinya Aku tidak mempedulikan hal itu.
Mereka semua awalnya adalah murid yang bisa dibilang ya agak nakal.
Sifat mereka sangat berubah semenjak kenakalan mereka dimulai dan akhirnya berujung ke ruang Bimbingan Konseling.
Tetapi, satu hari semenjak mereka dipanggil oleh Guru BK, sifat dan kebiasaan mereka sangat berubah. Entah apa penyebabnya.

Bu Prin. Disamping mengajar pelajaran Matematika, beliau juga yang menjadi Guru BK di sekolah ini.
Hanya satu-satunya.
Dengan rok sepanjang lutut dan potongan rambut yang agak pendek sebahu, Dia melirik tajam ke arah setiap murid yang melakukan kesalahan walaupun itu kesalahan kecil.

Murid yang makan di kelas. Itu teman baikku, Roy.
Anak itu memang mempunyai kebiasaan makan di kelas. Ayolah Roy, Kau tidak ingin kursimu patah nanti jika Kau menjadi gendut kan nanti.
Roy memang tidak gendut, tetapi jika pola makannya begitu, tidak menutup kemungkinan Dia menjadi gendut. Sudah kuduga, hari ini Roy dipanggil oleh Bu Prin ke ruang BK. Ya karena kebiasaan makan makanan ringan saat pelajaran berlangsung.

"Roy Hermawan!" Panggil Bu Prin. "Selepas pulang sekolah, Ibu mau Kamu ke ruang BK."

Habislah Kau Roy.
Apa yang akan Bu Prin lakukan padamu.
Roy terlalu menganggap enteng permasalahan ini.

"Jangan khawatir Dika. Aku yakin wanita bertampang serigala itu hanya memberi teguran padaku saja," ujar Roy setengah berbisik.

Waktu pulang sekolah tiba. Aku tidak langsung pulang ke rumah, melainkan menemani Roy hingga selesai dipangil oleh Bu Prin.
Jujur saja, Aku sangat khawatir jika mengingat teman-temanku yang sebelumnya pernah dipanggil ke ruang BK. Tetapi Roy selalu menganggap semua hal menjadi sepele. Dia memang orang yang tidak mudah panik dan sangat pemberani. Aku tidak pernah menceritakan kecurigaanku pada Bu Prin. Karena ini masih menjadi kecurigaanku saja, sesuatu yang belum pasti.
Ya, kekhawatiranku amat tinggi sampai Aku mengira ada yang salah dengan Bu Prin.

"Roy, memang apa yang Kamu pikirkan sekarang?" tanyaku.

"Ayolah Dika. Jangan seperti anak kecil," ujar Roy. "Ku yakin, nanti Bu Prin hanya memberi teguran saja."

"Tapi kan teman kita yang pernah masuk ke ruang BK semuanya sangat berubah," kataku dengan gelisah.

"Tenang saja jagoan. Aku tidak akan menjadi seperti anak cengeng itu," kata Roy sembari merangkulku.

Percakapan kami terhenti ketika sampai di depan ruang BK. Mungkin saja Bu Prin sudah ada di dalam, menunggu kawan baikku ini.

"Hati-hati ya Roy. Aku akan menunggumu di gerbang sekolah."

"Baiklah, Aku janji nanti kita pulang dan mentertawakan hal ini bersama," ujar Roy dengan senyum lebar.

Setelah Roy masuk ke ruang BK, Aku lekas pergi ke pos penjaga dekat gerbang.
Tapi, aduh... Aku harus pergi ke toilet sebentar.
Dalam perjalanan ke toilet, Aku sibuk memikirkan apa yang terjadi dengan Roy nanti. Mudah-mudahan saja Dia tidak apa-apa.

Selepas dari toilet, Aku lanjut menuju pos penjaga sekolah.
Tidak ada siapa-siapa disini. Mungkin sedang istirahat makan siang.
Pos ini tidak besar, cukup untuk beberapa orang duduk. Aku duduk di kursi panjang di samping pos.
Bingung mau melakukan apa sembari menunggu Roy pulang. Nanti kalau Dia pulang juga akan lewat sini. Karena sekolah ini hanya memiliki satu gerbang masuk. Aku hanya bernyanyi pelan untuk mengusir rasa bosanku.

Dari kejauhan, terlihat Bu Prin melewati koridor.
Ku kira Bu Prin sudah ada di dalam ruang BK.
Seperti biasa, Dia membawa tas kecil di tangan kanannya. Paling-paling berisi batang rotan kecil miliknya.
Mungkin Roy tidak akan lama.

Tapi perkiraanku salah.
Aku sudah menunggu kira-kira 2 jam disini. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Roy. Aku bingung sekarang, apa yang harus dilakukan.
Ditengah kebingungan, datang penjaga sekolah menghampiriku.

"Belum pulang, Nak?" sapa Pak Dudung.

"Belum, Pak. Ini lagi nunggu teman di ruang BK."

"Lagi ketemu sama Bu Prin?!" tanya Pak Dudung dengan serius.

"I...Iya, Pak. Emang kenapa?" tanyaku keheranan.

"Astaga! Apa yang dilakukan temanmu itu di kelas?"

Sekarang raut wajah Pak Dudung mulai serius. Aku sampai dibuat gemetar.

"Bisa gawat ini urusannya!" Lanjut Pak Dudung.

"Emangnya ada apa sih, Pak?" tanyaku dengan serius juga dan terburu-buru.

"Pokoknya sekarang kamu harus menjemput temanmu itu dulu. Baru nanti akan saya jelaskan," ujar Pak Dudung dengan cepat.

"Tapi kan, Pak," selaku.

"Cepat! Sebelum semuanya terlambat!" kini suara Pak Dudung makin keras.

Tanpa pikir panjang, Aku segera lari di koridor ke arah ruang BK.
Tapi apa maksudnya 'Sebelum semuanya terlambat'?
Aduh Roy, ada apa sebenarnya?
Mudah-mudahan kau kembali dengan Roy yang tadi.

-- Bersambung --
Previous
Next Post »