PSYCHO - Part I
Oleh : Pingkan Alstyn
Srekkkk……
Gelap.
Ku lirik jam beker usang di samping kasur lantai yang dingin ini. 23:40
Ya, masih terlalu larut untuk terbangun. Tidak tau sejak kapan aku tertidur.
Aku beranjak dan menuju kaca yang menempel di dinding triplek butut itu. Tak usah membayangkan seperti apa keadaanku, tapi inilah aku.
Gadis miskin yang hidup sebatang kara ditengah kerasnya kehidupan kota. Tapi, aku masih sanggup bertahan hidup dan menyekolahkan diriku sampai detik ini. Meski hidup miskin dan sendiri, aku berani bersaing dengan mereka yang terlahir dari keluarga kaya raya dan cukup cerdas disekolahku.
Beruntung, beasiswa yang aku gunakan dapat mengantarkanku bertemu dengan mereka. Ya, mereka yang bermacam-macam wataknya. Ada yang tidak tahu diri, ada juga yang datang hanya ketika butuh saja, dan ya masih banyak lagi. Bahkan ada juga yang malah mengusik dan membullyku. Tidak perlu banyak bicara, aku sudah merencanakan skenario terbaikku untuk menghadapi mereka.
Aku hanya menatap diriku di kaca yang sudah menguning tampilannya itu. Terkadang, aku tidak merasa puas dengan apa yang aku lihat. Tampak dekil, tak terurus. Pantas saja mereka berani membullyku. Jelas, aku tidak sebanding dengan mereka. Tapi, aku tidak takut.
“lihat saja nanti.” Gumamku.
Bersambung...
Oleh : Pingkan Alstyn
Srekkkk……
Gelap.
Sumber gambar : Google |
Ku lirik jam beker usang di samping kasur lantai yang dingin ini. 23:40
Ya, masih terlalu larut untuk terbangun. Tidak tau sejak kapan aku tertidur.
Aku beranjak dan menuju kaca yang menempel di dinding triplek butut itu. Tak usah membayangkan seperti apa keadaanku, tapi inilah aku.
Gadis miskin yang hidup sebatang kara ditengah kerasnya kehidupan kota. Tapi, aku masih sanggup bertahan hidup dan menyekolahkan diriku sampai detik ini. Meski hidup miskin dan sendiri, aku berani bersaing dengan mereka yang terlahir dari keluarga kaya raya dan cukup cerdas disekolahku.
Beruntung, beasiswa yang aku gunakan dapat mengantarkanku bertemu dengan mereka. Ya, mereka yang bermacam-macam wataknya. Ada yang tidak tahu diri, ada juga yang datang hanya ketika butuh saja, dan ya masih banyak lagi. Bahkan ada juga yang malah mengusik dan membullyku. Tidak perlu banyak bicara, aku sudah merencanakan skenario terbaikku untuk menghadapi mereka.
Aku hanya menatap diriku di kaca yang sudah menguning tampilannya itu. Terkadang, aku tidak merasa puas dengan apa yang aku lihat. Tampak dekil, tak terurus. Pantas saja mereka berani membullyku. Jelas, aku tidak sebanding dengan mereka. Tapi, aku tidak takut.
“lihat saja nanti.” Gumamku.
Bersambung...
1 komentar:
Klik Disini Untuk komentarJgn lupa info part 2 ya cuyyy
ConversionConversion EmoticonEmoticon