Aku, Misteri dan Pembalasan #2


Aku, Misteri dan Pembalasan #2 Dimana Roy


'Sebelum semuanya terlambat'.
Astaga!
Kalimat itu masih berdengung diantara kedua telingaku.
Aku masih terus berlari. Ya, berlari. Hatiku selalu tersentak setiap mengingat kalimat itu.

Koridor yang lengang membuatku mudah dalam berlari menuju ruang BK. Masih ada beberapa murid yang berlalu-lalang disisi kanan-kiri koridor.
Makin kupercepat lagi hentakan langkahku. Tak lama aku hampir sampai.
Itu, ruang BK telah terlihat di depan mata. Roy! Apakah kau baik-baik di sana?


Tap!
Hentakan terakhirku di depan pintu ruang BK.
Entah mengapa hatiku tiba-tiba berdegup. Belum kencang, tapi terasa.
Tanpa berpikir panjang, lekas ku ketuk pintu itu.
Tok, tok, tok.

"Permisi, Bu!"

Tak ada jawaban dari dalam. Mungkin aku harus lebih lantang.

"Permisi, Bu! Bolehkah saya masuk?"

Beberapa detik menunggu tetap tidak ada jawaban dari dalam. Dimana Roy dan Bu Prin? Apakah Roy sudah pulang?
Tetapi jika Roy pulang, pasti aku akan melihatnya berjalan melewati gerbang sekolah. Pikiranku campur aduk memikirkan keadaan teman baikku sekarang.
Apa yang harus kulakukan?
Mencari Roy atau pulang ke rumah.
Tapi, teman macam apa yang meninggalkan temannya dalam ketidakpastian?
Ya, aku harus mencari kepastian dimana Roy.
Tapi mulai dari mana?

Entah ada angin apa, tiba-tiba aku ingin membuka pintu ruangan ini. Bukankah tindakan ini tidak sopan mengingat ini ruang BK?
Masa bodo. Dari pada aku mati penasaran.
Dengan tangan gemetar, aku mulai meraih gagang pintu. Entah apa yang akan aku temukan nanti di dalam.
Ujung jariku mulai menyentuh gagang pintu dan diikuti telapak tanganku yang mulai menggenggam erat gagang pintu.

"Terasa dingin gagang pintu ini," kataku dalam hati.

Apa yang membuat gagang pintu ini begitu dingin.
Kuputar dengan perlahan untuk membuka.

Tek, tek.

"Dikunci!"

Kenapa ruang BK harus dikunci sedangkan ada pertemuan antara murid dan guru.
Sekarang aku semakin bingung. Ada pertanyaan yang berulang di kepalaku. 'Ada apa dengan Roy?'

Mungkin guru lain tau di mana Bu Prin. Aku harus cepat.
Tanpa berpikir dua kali, aku melesat lari ke arah ruang guru lantai 2.
Tak butuh waktu lama, aku sudah berada di ambang pintu ruang guru yang masih terbuka.
Terlihat meja-meja guru yang kosong karena para guru sudah pulang. Aku masuk ke ruang guru.

"Permisi."

Ada seorang guru yang masih berada di atas kursinya. Terlihat begitu sibuk dengan buku-buku yang menumpuk di atas mejanya. Aku pun langsung menghampiri guru itu.
Itu Bu Linda.

"Maaf, Bu," sapaku.

"Eh, ya. Ada apa nak? Kok belum pulang?" tanya Bu Linda yang masih membereskan bukunya.

"Ini, Bu. Saya cuma mau tanya. Bu Prin sekarang ada dimana ya?" tanyaku.

"Biasanya Bu Prin masih ada di ruangannya hingga petang," jelas guru itu.

"Tetapi ruangannya di kunci."

"Dikunci?"

Lalu Bu Linda terdiam sesaat. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Tapi entah apa itu.

"Bu?" tanyaku dengan heran.

"Oh ya, maaf. Saya hanya sedang memikirkan hal apa lagi yang dilakukan Prin." jelas Bu Linda.

"Apa maksud Ibu?" lanjut tanyaku. " 'Hal apa lagi?' maksudnya apa, Bu?"

"I...Itu... tidak, tidak apa-apa." Bu Linda tersenyum dengan keraguan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Sebenarnya ada apa, Bu?"

"Tidak ada apa-apa." Dia berkata dengan senyum yang tadi. "Kenapa kamu ingin sekali bertemu Bu Prin?"

"Saya ingin bertemu Roy. Dia teman saya yang sedari siang dipanggil oleh Bu Prin, tetapi belum kembali sampai saat ini," jelasku
dengan terus menatap Bu Linda.

"Kamu yakin temanmu itu belum kembali?"

"Ya, saya yakin,"jawabku dengan mantap.

"Baiklah. Sekarang kamu ikut Ibu ke ruang Bu Prin. Kita akan pastikan keberadaan
temanmu."

Ajakan Bu Linda membuatku agak tenang. Lalu Bu Linda berdiri dan beranjak pergi bersamaku dengan meninggalkan buku-buku yang masih berserakan di atas mejanya.

"Kita pergi ke ruang Bu Prin sekarang."

Aku lekas mengikuti langkah Bu Linda dari belakang. Langkah demi langkah ku jalani dengan perasaan yang campur aduk. Keberadaan Roy masih menggantung dalam gelap di dalam otakku. Aku masih belum bisa memastikan dimana Roy. Begitu juga dengan Bu Prin.

Andai kau tau Roy betapa ingin aku mengetahui kebenaran dengan apa yang terjadi saat ini. Mudah-mudahan saja Bu Linda bisa menuntunku ke titik terang yang selama ini ku cari. Tunggu saja Roy, cepat atau lambat nanti kita bisa tertawa kembali.

Bu Linda, aku sangat berharap padamu tentang kejadian ini.
Ku harap pendapatku tentang hal yang mempengaruhi teman-temanku yang didalangi Bu Prin semuanya benar. Tetapi jika itu semua benar, maka Roy dalam masalah sekarang.

Dalam perjalanan ke ruang BK, aku menyempatkan bertanya pada Bu Linda.

"Bu, maaf saya punya pertanyaan," ucapku dengan ragu.

"Ya, katakanlah," sahut Bu Linda sambil terus melangkahkan kaki.

"Sebenarnya selama ini, saya memiliki dugaan buruk tentang kejadian teman-teman saya yang mengalami perubahan sifat yang sangat drastis," lanjutku. "Apa ini semua ada sangkut pautnya dengan Bu Prin?"

Tiba-tiba Bu Linda berhenti melangkah dan menoleh kebelakang. Kini tatapannya menuju ke mataku.

"Bagaimana kamu bisa merasakan itu?" desis Bu Linda.

"Ya, saya baru menyadarinya baru-baru ini," jelasku.

Lalu Bu Linda mendekatkan wajahnya ke telingaku dengan menutupi mulutnya.

"Ibu tidak mengira kamu juga merasakannya. Sebenarnya, Ibu juga sedang menyelidiki Bu Pr. . . ." Kata-kata Bu Linda terhenti.

"Awas!" teriak Bu Linda sambil mendorongku.

Aku terbentur ke dinding koridor lalu tersungkur ke lantai.
Tak lama kemudian, terdengar hantaman yang cukup keras.

Dug!

Dengan cepat aku berdiri. Astaga!
Bu Linda tersungkur. Kulihat ada darah yang mengalir dari belakang kepala Bu Linda. Dan ada batu bata yang tergeletak di lantai. Kurasa ini yang membuat luka di kepala Bu Linda.
Tetapi siapa yang melempar batu ini?
Saat itu juga aku melihat sosok bayangan yang berlari berbelok ke arah koridor lain. Mungkin itu yang melempar batunya.
Aku memilih memeriksa keadaan Bu Linda dari pada mengejarnya.

Dan. . . Astaga!
Tidak ada denyutan di tangan dan di leher Bu Linda.
Ya ampun, ya ampun!
Bu Linda tewas!

Aku tidak percaya semua ini terjadi begitu cepat. Siapa sosok bayangan yang melempar batu dan berlari itu?
Aku pun berdiri mematung seakan tak dapat bergerak sama sekali.
Lalu ku beranikan diri untuk mengejar bayangan tadi dengan kutinggalkan jasad Bu Linda di tengah koridor.

Aku berlari sekuat tenaga untuk mengejar bayangan itu.
Siapa itu? Mengapa? Mengapa?!

-- Bersambung --
Previous
Next Post »