Kawan

Kawan yang baik adalah kawan yang selalu mengerti keadaan orang lain.



Halo. Namaku Jony.

Aku juga memiliki kawan yang sangat pengertian. Di kala Aku sedang kesulitan, Dia selalu mendatangi ku untuk menemukan solusi bersama. Prasetyo. Itu namanya. Memang kawan yang tak tergantikan oleh apapun. Aku rela berkorban apapun untuknya.

    Pras selalu bermain ke rumahku tiap harinya. Yah, Kami selalu memperbincangkan hal-hal yang lucu dan menarik. Sangat menyenangkan memang. Sering kali kutanyakan hal ini kepadanya, "Ayo Pras, sekali-kali main dong ke rumah lu."
Seperti biasa, Dia selalu menggelengkan kepalanya dan jawaban yang terlontar dari mulutnya pun selalu sama.
"Gua ga mau keulang lagi."
Sudah yang kesekian kalinya Dia mengucapkan kata itu. Memang aneh. Tentu saja Aku menanyakan maksud itu. Tetapi Dia menggelengkan kepala lagi dan diam tanpa kata-kata.

Aku terus memaksa untuk membujuk Pras agar mau bermain ke rumahnya. Ajakan-ajakan terus ku lontarkan kepadanya.
Dan pada suatu sore, akhirnya Pras mau mengajakku bermain kerumahnya.


"Tapi gua minta izin dulu sama bokap ya." ujar Prasetyo.


"Oke deh, usahain dibolehin ya." kataku sembari merangkul Pras.


Sudah pukul 18.30. Ini waktunya Pras pulang. Lagi pula orangtuaku sebentar lagi pulang.

    Keesokan siangnya. Aku menunggu Prasetyo untuk datang menjemputku. Ayo Pras, datanglah secepat mungkin.
Matahari semakin merendah menuju barat. Dan Prasetyo pun belum datang juga menjemputku juga. Ada apa dengannya. Tak biasanya Dia tidak datang ke rumahku. Kuputuskan saja untuk datang kerumahnya, siapa tau Dia memang sudah menungguku di rumahnya.

    Sesampai dirumahnya, Aku langsung menghampiri pintu depan. Ku ketuk pintu itu berulang-ulang sambil memanggil-manggil Prasetyo. Sangat sunyi suasana rumahnya. Saat kuketuk, tidak sengaja pintu rumahnya terbuka sedikit.

"Loh, kok ga dikunci? Kemana nih orang-orangnya?"

Rasa penasaran ini yang menuntunku untuk masuk kedalam. Sesaat Aku sudah berada di dalam rumah Prasetyo. Sangat gelap, tidak ada lampu yang menyala.

"Pras, Pras. Lu ada dirumah ga?"

Tidak ada yang menyahutiku. Diriku masih meraba didalam gelap. Semakin gelap semakin Aku ingin menelusuri ruangan-ruangan rumah Prasetyo. Dan pada saat itu juga kakiku menginjak sesuatu. Air.
Jariku yang menyentuh cairan itu. Bukan, ini bukan air. Apa ini?
Aku terus menyusuri ruangan itu. Langkah demi langkah yang tidak pasti.

    Saat itu juga, Aku melihat seberkas cahaya samar di depanku. Aku langsung berlari menuju cahaya itu.
Ini ruangan dapur. Aku teringat pada cairan yang masih menempel di tanganku.
Astaga! Bukankah ini darah?!
Disaat yang sama Aku melihat sesosok manusia yang terhinggap pada dinding. Diriku sangat terkejut melihatnya. Ya ampun.
Itu Pras!
Tubuhnya yang melekat pada dinding dikarenakan kedua tangan dan kakinya yang dipaku ke dinding dapur. Penuh cabikan dan sayatan pada sekujur tubuhnya hingga kulitnya hampir terlepas dari tempatnya.
Aku langsung menghampiri Prasetyo.

"Siapa yang melakukan ini Pras?" tanyaku dengan tubuh gemetar.

Suara yang lemah keluar dari mulutnya yang sobek.
"I...Itu...dia.. Awas dibelakangmu...Jon.."

Langsung saja Aku menoleh kebelakang.
Badan yang sangat besar dan tinggi sekarang berdiri dihadapanku. Dia memengang sesuatu yang mengkilap dan panjang bergagang kayu di tangan kirinya. Lalu mengangkat tangannya itu.

"Ja...jangan Ayah! Jangan...." Suara terpatah-patah terdengar dari mulut Pras.

Setelah itu tidak terdengar lagi suara terdengar. Aku sangat kaget dan bingung. Apa yang harus Aku lakukan.
Dengan cepat tangan orang besar itu meluncur kebawah. Dalam sekejap, Aku merasakan leherku tidak bisa merasakan apa-apa. Seperti ada yang mengalir di leherku. Apa ini?
Tak lama, diriku roboh ke lantai. Dan tak sadarkan diri.

    Rasanya lama diriku untuk terbangun. Tengah malam Aku baru terbangun dengan pikiran yang pusing.
Aku dimana?
Lalu Aku berjalan menuju luar bangunan itu.
Oh iya, dirumah Pras. Tapi Aku tidak ingat apa-apa lagi sebelum itu.
Aku memilih pulang karena Pras mungkin sudah tertidur. Aneh rasanya. Dalam perjalanan pulang, Aku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Diriku terasa ringan sekarang.
Tak lama, Aku sampai dirumah.

"Aku pulang..."

Terlihat Ibu duduk di sofa. Dari raut wajahnya, Dia terlihat khawatir.

"Ada apa Bu?" tanyaku.

Tapi Ibu tidak menghiraukan Aku seolah-olah tidak ada orang di hadapannya. Mungkin Ibu sedang lelah.
Aku menuju dapur. Ada Ayah yang sedang mencari-cari sesuatu. Ku panggil juga Ayahku.
Tapi sial, Aku juga tidak dihiraukannya. Lebih baik Aku tidur saja dikamar.

Keesokan paginya. Aku terbangun dan melihat cermin.
Astaga! Mana diriku?
Tidak nampak di cermin.
Aku bergegas menghampiri orangtuaku. Tetapi Ibu sedang menangis. Ada Ayah juga disitu.

"Ayah. Kemana Joni? Kenapa Dia tidak pulang?" kata Ibu dengan tersedu-sedu.

Ibu, Aku disini!
Apa? Ibu tidak bisa mendengarku.
Ada apa sebenarnya? Aku dalam kesulitan sekarang. Aku harap Pras datang ke rumahku hari ini.

"Jon? Jony? Ada di rumah ga?"

Aku kenal suara itu.
Ya itu suara Prasetyo.

Dia datang saat Aku kesulitan.
Ibu dan Ayah tidak dapat melihat kami berdua masuk.
Masa bodo!
Yang penting Pras sudah datang untuk mendengarkan semua curhatanku.

Sudah kubilang kan?
Pras itu kawan yang pengertian.


Kawan Coret Imaji
 sumber : lawakantentanghidup.wordpress.com
Previous
Next Post »