Malam Sunyi Ruangan Kantor

    Seperti malam sebelumnya, kesibukkan di kantor terhenti karena jam kantor menunjukkan waktu pulang. Malam ini begitu sunyi seperti malam-malam kemarin. Tak ada dering telepon, suara ketikkan jari-jemari di atas keyboard, serta suara mesin printer yang mencetak.

    Semua karyawan sudah kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Tetapi tidak halnya dengan Aku.
Sudah beberapa malam Aku lembur, karena memang banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan. Di kantor hanya terlihat seorang OB yang kerjanya hanya mondar-mandir melewati ruanganku. Tapi, OB macam apa yang tidak membawa alat kebersihan? Melainkan hanya sebuah kantong plastik besar yang diseret kesana kemari. Aku memang tidak mempedulikan orang semacam itu.

    Malam semakin larut, hawa dingin mulai menyusup sela-sela kancing kemejaku. Tak tahan dengan hawa dingin, lekas Aku menghampiri sebuah meja dimana terletak remote AC. Di layar remote AC tertera angka 5 derajat celcius

"Gila!" fikirku dengan tangan yang masih menggenggam remote AC.

Tentu saja Aku heran, kenapa ada AC yang menembus 5 derajat celcius. Sementara beberapa jam lalu hawa diruangan masih normal-normal saja. Apa mungkin AC ini bisa mengubah temperaturnya sendiri. Tubuhku semakin menggigil karena kedinginan. Maka dari itu Aku pun hendak mematikan AC ruangan itu. Tapi, beberapa kali pun Aku tekan tombol powernya, AC tidak mau mati. Aku semakin keheranan. Masa iya AC ini tidak bisa dimatikan.

    Suasana ruangan kantor semakin mencekam. Ditambah hawa dingin yang tiada hentinya berhembus dari lubang AC. Malam ini begitu aneh dari malam-malam sebelumnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari dalam laci sebuah meja dipojok ruangan. Aku hendak berniat memberanikan diri menghampiri suara ketukan laci itu. Tetapi niat itu ku urungkan, ketika Aku melihat OB yang biasanya mondar-mandir di ruanganku berdiri tegak dengan tatapan aneh di depan pintu kaca ruangan kantorku. Aku ingin hendak memanggil OB tersebut, tetapi sang OB seperti ingin menyampaikan sesuatu. OB tersebut mendekatkan jari telunjuk ke depan bibir sambil mendesiskan suara "Sssstt...."
Lalu menggeleng-gelengkan kepala. Aku coba untuk menerka maksud dari OB. Rupanya Dia tidak mau Aku membuka laci misterius dengan suara ketukan-ketukan itu. Aku bergidik. Tak lama OB menghilang disertai hilangnya juga suara ketukkan dari laci.

    Hawa yang semakin dingin membuat Aku berfikir untuk mengambil jaket di meja Receptionist lantai dasar.

    Aku bergegas menghampiri lift untuk turun. Terlihat di dalam lift seorang wanita berdiri di sudut lift. Kelihatan seperti karyawan, tetapi Aku baru melihat wanita itu. Dengan wajah pucat dan pandangan kosong, wanita itu seperti mengacuhkan kehadiranku didalam lift. Aku menekan tombol untuk ke lantai dasar sembari menyapa wanita itu.

"Lembur juga Mbak?"

Tapi sial, wanita itu tidak membalas sapaku. Masih berdiri dengan tatapan kosong anehnya itu. Lift mulai turun. Aneh turun lift sangat lambat, tidak seperti biasanya. Tiba-tiba lift menjadi terasa dingin seperti diruangan kantorku sebelumnya.

"Lagi-lagi kejadian yang sama terjadi." kataku dalam hati.

Dengan wanita yang berdiri didalam lift Aku mulai menggigil kedinginan. Aku ingin mencoba bertanya kepada sang wanita itu tapi tidak hendak kulakukan karena Aku tau kalau nanti tidak akan dijawab. Kulihat Dia tidak menggigil sama sekali. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
Lampu di dalam lift semakin meredup tetapi tidak sampai mati. Hanya meninggalkan seberkas cahaya yang tidak terang. Sangat lama Aku didalam lift yang merangkak turun kebawah. Aku mulai merasa ngeri berada didalam lift. Kucoba menekan tombol lift untuk berhenti. Percuma, lift tidak berhenti untuk membukakan pintu dan masih turun dengan gerakan yang sangat lambat. Kupikir lift ini sedikit rusak. Lalu kucoba menghubungi seorang temanku melalui ponsel. Tidak semudah itu, sungguh sial karena ponselku tidak mendapatkan sinyal di dalam sini.

    Amat dingin hawa di lift. Aku mencoba menyalakan korek api. Belum sempat ku nyalakan korek api, tiba-tiba wanita disampingku sudah mengarahkan tangannya yang menggenggam botol tanpa tutup berisi cairan. Aku heran, dari botol itu tercium bau yang kukenal.

"Itu bensin!" ujarku.

Jika ku nyalakan korek api, mungkin wanita sinting itu tanpa ragu menyiramkan bensin ke arahku. Dari mana wanita itu mendapatkan bensin?
Lalu ku urungkan niatku untuk menyalakan korek api. Dengan tangan yang menggigil, kucoba mengambil botol berisi bensin dari tangan wanita itu. Saat coba kuambil, wanita itu sudah menyiramkan bensin ke alas lift sehingga bensin berceceran dan membasahi celanaku.

"Dasar wanita gila!" bentakku "Apa yang kau lakukan?"

Wanita itu tidak menjawab. Hanya mematung menatapku. Kali ini dengan pandangan yang berbeda, pandangan entah apa itu.

"Kalau kau bukan wanita, sudah ku hajar kau sedari tadi!" kataku pada wanita itu yang masih menggenggam botol bekas bensin.

Tiba-tiba wanita itu berbicara pelan.

"Kau akan bergabung," kata wanita itu sedikit berbisik.

Aku tidak mengerti apa maksud dari wanita itu. Pikiranku benar-benar kacau saat itu. Tak tau lagi apa yang harus kulakukan.

    Tiba-tiba lift bergetar, tetapi guncangannya tidak kencang. Saat itu juga pintu lift terbuka. Sepertinya sudah sampai di lantai dasar.

"Dasar lift tolol!" ujarku, "Cukup banyak waktuku terbuang karena kejadian aneh sekarang."

Aku bergegas keluar lift dan menuju lobi. Suasana diruangan itu sepi dan hanya ada satu lampu redup yang menyala. Tidak ada orang yang lewat karena memang sudah pulang. Disini lebih hangat dibandingkan ruangan kantorku dan lift tolol itu. Ketika Aku menoleh hendak melihat wanita tadi, wanita itu menghilang.
Oke, ini semakin persis di dalam film-film horor.

    Saat Aku berjalan menghampiri meja Receptionist, Aku bertemu OB yang tadi berada di depan pintu kantorku. Dia sedang berjalan ke arah basement sambil menyeret sebuah kantong besar yang entah isinya apa. Aku segera menegur OB itu.

Malam Sunyi Ruangan Kantor Coret Imaji
 sumber : flickr.com

"Bang!"

Dia pun berhenti dan menoleh ke arahku. Dengan cepat, Aku lari menghampiri OB tersebut.

"Saya mau tanya Bang. Kok AC diruangan Saya tidak bisa dimatikan? Apa memang remotenya yang rusak?" tanya ku pada OB.

Sang OB tidak langsung menjawab pertanyaanku. . Setelah OB terdiam beberapa saat, lalu Dia menoleh lift tadi dan Aku pun langsung ikut menoleh ke arah lift.

"Agar semuanya awet." kata OB.

"Apa maksudnya Bang?" tanyaku dengan kaget.

Dengan segera OB tersebut pergi meninggalkanku. Ada bau yang aneh tercium. Bukan bau bensin yang ada dicelanaku.

"Bau busuk bangkai." kataku dalam hati.

Sebenarnya dari mana bau itu muncul? Aku mulai bergidik. Lebih baik Aku segera menuju meja Receptionist untuk mengambil jaket hangatku.

Ada rak-rak di belakang meja Receptionist untuk menyimpan barang-barang milik karyawan yang datang. Kebetulan ada yang menjaga meja Receptionist. Terlihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi dan langsing, seperti siap untuk menerima segala tamu yang datang. Tapi ini kan sudah larut.
Tanpa pikir panjang, Aku langsung menghampiri Receptionist itu.

"Mba, bisa tolong ambilkan jaket di rak nomor 24?" Pintaku pada Receptionist.

Receptionist menatapku dengan tampang yang masam, "Sudah ada di dalam laci Pak Andi." jawabnya.

Pak Andi itu kan 1 ruangan denganku. Yang mejanya terletak di pojok ruangan. Siapa yang meletakkan jaketku disana? Serta, suara ketukan apa yang ada didalam meja Pak Andi?
Sesaat sibuk berfikir, Aku tidak menyadari perginya wanita itu dari meja Receptionist. Sekarang Aku mulai merasa ngeri. Sebenarnya apa yang terjadi saat ini?
Aku pun terpaksa kembali kedalam ruangan kantorku untuk memeriksa apa yang terdapat di dalam laci Pak Andi. Berjalan dengan kepala yang dikelilingi hal-hal aneh menuju tangga. Tentu saja Aku tidak ingin memakai lift lambat itu lagi. Bisa pagi-pagi buta nanti Aku baru sampai di ruanganku.

    Beberapa menit kemudian, Aku sampai di ambang pintu ruanganku.
Dan, ada apa ini?
Banyak orang-orang yang berdiri dengan wajah pucat dan senyum mengerikan berdiri di dalam ruanganku. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang?
Makin heran diriku.
Ku beranikan diri untuk memasuki ruangan kantorku yang sekarang menjadi aneh. Mungkin karena orang-orang itu.
Sesaat Aku berdiri dihadapan mereka, bulu kudukku menjadi tegang semua.

"SELAMAT ULANG TAHUN!"

Hah? Mereka mengatakan itu serempak. Tapi dengan nada suara yang suram dan sumbang.
Tiba-tiba dibelakangku ada seseorang. Itu OB yang tadi!
Dengan tangan yang menggenggam vas bunga keramik, Dia menghantam kepalaku dengan keras sekali. Lalu diriku jatuh tersungkur dan pingsan.

    Tak lama, Aku terbangun. Aku agak bingung ketika melihat orang-orang mengelilingiku di dalam ruang kantor.
Kemudian Aku teringat lagi pada beberapa menit lalu. Aku merasa aneh.
Tiba-tiba Aku teringat sesuatu. Ini hari ulang tahunku!
Ya, mereka semua sudah mengucapkan selamat. Tetapi Aku tidak bahagia mendengarnya.
Ada hal lain yang teringat dalam pikiranku sekarang. Tentang pembunuhan yang terjadi pada beberapa orang di kantor ini.
Tapi... Haha... Oh iya.
Bagaimana Aku bisa lupa bahwa Aku yang menyebabkan ini semua terjadi.
Mereka sudah tiada karena bagian-bagian dari mereka ku simpan di dalam laci meja masing-masing secara terpisah. Dan kedua bola mata mereka yang ku teteskan sebotol bensin.

Mereka semua maju perlahan menghampiriku.

Ya... Kuharap mereka tidak mengantungi pisau lipat dan korek api. Dugaanku ternyata salah.
Mereka melakukan apa yang kulakukan pada mereka saat itu.
Aku merasa ketakutan sekali. Sungguh mengenaskan bahwa menyadari Aku melakukan hal itu kepada orang-orang sekitarku.
Sudah terlambat.

    Dan sekarang, Aku telah bergabung bersama mereka.
Kami akan melakukan hal yang serupa pada orang lain. Dan bersembunyi di kolong meja tempat orang-orang bekerja. Jika AC atau kipas anginmu tiba-tiba mati. Waspadalah!

Berhati-hatilah,
Kami bisa muncul kapan saja.
Previous
Next Post »